Around 2015/2016 ada dosen tamu di kampus dari Belanda. Orang Indonesia yang ngajar di univ di Belanda. Gw nyempil 10 menit sebagai opening act.
Setelah acara selesai, makan siang bareng. Lalu sebapak minta gw ngirim thesis untuk nanti dibawa ke Belanda. Kali ada temennya yang tertarik jadi supervisor.
Tapi kemudian ini gw lewatkan – yang sampe sekarang bikin bu twi kesel keknya 😅😅
Ga ada yang tau sih gimana hasilnya kalo misalnya waktu itu beneran gw kasih ke belio. Entah gw akan dapat supervisor atau mungkin dilepehin.
Now the question is do I regret it? Honestly no.
Ada beberapa hal waktu itu yang jadi pertimbangan kenapa gw berpikir untuk tidak mengirimkan jurnal atau thesis gw. Salah duanya adalah karena gw baru memulai karir dan pengen menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dekat.
As I grow older, I see my father from different perspective. Entah karena gw yang bisa melihat babe dengan kacamata yang lebih dewasa atau my babe is indeed subtly changing. Point is, he is being approachable now.
Spending time gw sama babe sesederhana dianterin ke luar kota atau ke bandara. Atau being at the other end of kerandom-an babe, dari tetiba bawain kepiting sampe tetiba benerin rumah yang cicilannya masih 20 tahun.
Spending time with Fiki dan neneknya.
I was there when Een lost her mother. Thing that I couldnt do when she lost her husband.
I was there when Sari and her husband happened.
And for those things that I experienced these last few years, I do not regret my decision back then.
Satu-satunya yang gw sesali adalah I made bu twi upset. Mungkin kalo waktu itu gw ngirim thesis dan ditolak supervisor sana akan lebih baik 😅😅
Every one has their own timeline
Dan sekarang menurut gw adalah timeline gw untuk mulai serius ngejar S3
E tapi selesein nonton drama dulu 🤣🤣
Catch ya later
Cheers 💕💕
RebelliousVirgo 